Ada saatnya dalam hidupmu engkau ingin sendiri saja bersama angin menceritakan seluruh rahasia, lalu meneteskan air mata.” – (Bung Karno, 1933)
Rasanya kok berat bener untuk memulai menulis lagi, tapi kalau ndak dipaksakan, semua akan mengendap diotak dan menguap begitu saja. Jadi cara terbaik untuk mengingat adalah menulis. Semangaaaat!
Pada 11 maret 2018 (bukan untuk memperingati Supersemar, kebetulan aja) saya berkunjung ke Taman Wisata Alam (TWA) Angke See map . Kenapa kesana? Sebenarnya sudah lama mau kesana, tapi baru sempat terealisir kemarin. Saya akan menceritakannya sesuai urutan perjalanan. Jam 08.00 kami memulai perjalanan dari Otista Cawang Jakarta Timur. Melewati Jl MT Haryono, mobil kami masuk gerbang tol dalam kota depan Carrefour MT Haryono. Membayar tol, lalu kami pun meluncur dan menyusuri jalan tol hingga tol arah bandara Soetta. Setelah menyusuri jalan tol. Akhirnya mobil kami keluar di PIK. Cussss. Lurus terus, dan belok kiri di boulevard PIK Avenue. dan tiba ditujuan. Oh ya, patokannya gampang kok setelah keluar tol, ikuti jalan dan belok kiri di gedung sekolah Tzu Chi. Lokasinya tepat dibelakang gedung tersebut. jarak tempuh 28 Kilometer dengan durasi perjalanan 28 menit! Enggak pake nyasar tinggal ikuti jalan. Rasanya ini akan jadi tempat favorit untuk melarikan diri dari Jakarta, enggak pake macet dan jalan berliku-liku.
Sekolah Tzu Chi
Parkir didalam kawasan wisata, mobil membayar 10 ribu (all in) dan per orang dewasa biaya masuknya 25 ribu dan anak-anak 10 ribu. Diloket masuk kamu akan ditanya apakah membawa makanan dan minuman, serta membawa peralatan memotretkah. Jika membawa kamera dslr atau kamera lainnya, harus membayar 1 juta rupiah.
Masuk kedalam TWA Angke, dijamin serasa enggak seperti berada di Jakarta. Bayangan panas dan bau amis, seketika sirna. Jalannya adem karena kiri kanan banyak pohon yang menjadi kanopi. Ada juga kandang monyetnya (tapi enggak tau itu monyet jenis apa).
Disana sebenarnya tersedia kantin, sayang makanannya standar layaknya kantin ditempat wisata. Nyaman sik jalan-jalan disana. Oh ya, ada juga tempat bermain anak outdoor, seperti jembatan goyang, jembatan tali dan lainnya. Deem, lupa poto lokasi bermain anaknya. Disana ada penunjuk arah kita akan mau kemana, ke jembatan besar, wahana air atau perkemahan.
Kami memutuskan terlebih dahulu menuju penginapan-penginapan bergaya rumah suku Sasak.
Penginapan ini disewakan, sila cek Tarif sewa penginapan
Disini jangan terlalu berharap pada sinyal henpon yaaa. Wifi pun tak ada disini. Waktu seakan berhenti. Oh ya, disini juga tersedia bungalow besar dan ruang pertemuan. Terpikir, daripada gathering jauh diluar jakarta, mending kesini. Tapi diingat ya, ini suasananya benar-benar mirip di hutan. Kalau enggak suka sepi, rasanya tempat ini enggak cocok, ahaha.
Untuk waktu kunjungan, sebaiknya dilakukan pada pagi hari. Konon, konon yaa… Pagi hari kita bisa melihat bangau yang lagi mencari ikan dan biawak.
Kalau kamu tidak takut dengan ketinggian, bisa naik ke menara pengamatan burung. Karena enggak bawa kamera dslr, kamera henpon cukuplah. Naik tangga ke menara pengamatan lumayan tinggi dan tangganya tidak curam namun berputar putar. Diatas sana, kamu bisa berbisik pada angin dan melihat pemandangan dari ketinggian. Ini benar-benar seperti melihat sungai dan hutan amazon.
Amazonnya Jakarta
Sejauh mata menandang
Hanya kamu dan angin
Tampak dari atas, panggung untuk kegiatan outdoor
Deretan penginapan
Tampak gedung sekolah Tzu Chi
Di TWA, ada wahana air. Ada pilihan ingin naik perahun bermotor atau perahu sampan.
No Pic=Hoax. Harga tiket wisata air
Berikut penampakan wisata airnya nih..
Dereta perahu bermotor
Water Shelter
Wide angle spot wisata air
LOkasi wisata air
Disini kamu juga bisa melihat pulau reklamasi dari kejauhan.
Opini:
- Kalau aja disini wahananya dimodernisasi, pasti banyak wisatawan yang kesini. Misal, ada waterway (seperti bus wisata keliling tapi dalam bentuk perahu) yang berhenti di titik-titik yang ditentukan. Jadi pengunjung bisa keliling TWA tanpa berjalan kaki. Asli, itu bikin kaki pegel brooh. Tiket waterwaynya sudah include dengan tiket masuk. Ini nilai jual banget loh, diwilayah jakarta kita masih bisa nikmati perjalanan air dengan pemandangan hutan bakau
- Wisata outbondnya diperbanyak, seperti flying fox, motor ATV untuk menembus jalan tapak hutan mangrove, high view untuk spot foto-foto
- Bikin wahana Gantole biar pengunjung bisa nikmati pemandangan keliling TWA
- Penginapannya dibuat terlihat fun dengan nuansa jungle
Kalau sudah lelah dan malas makan di kantin yang sudah disediakan, jangan bingung. Keluar dari TWA, 500 meter kamu akan langsung ketemu dengan PIK Avenue. Tempat makannya standar pusat perbelanjaan di Jakarta.
Mengunjungi TWA Mangrove Angke Kapuk, benar-benar seperti menemukan Amazon di Jakarta. Saya akan berkunjung kesana lagi!